27/04/09

Chapter 2

Chapter 2


Celestine’s POV


Aku kembali ke apartemen yang kutinggali sendirian. Cloud dan Ayah Angkatku suka berkelana sehingga hanya kadang-kadang mengunjungiku. Denzel ikut mengantarku ke apartemenku dan kami ngobrol-ngobrol sesaat sebelum akhirnya dia pulang. Dia tinggal bersama Marlene dan Barret di sebuah rumah sederhana.


Aku harap Ayah Angkatku atau Cloud akan datang malam ini. Aku ingin sekali mengirim sms pada mereka, tapi aku rasa mereka terlalu sibuk untuk membalasku.


Aku berbaring-baring di tempat tidurku setelah mandi. Entah kenapa aku tidak bisa mnegusir pikiranku dari sosok gadis bernama Nafretiri Crescent itu. Aku berusaha mengusir bayangannya dan memikirkan Cloud. Biasanya memikirkan Cloud yang tampan bisa membuatku gembira. Tetapi kali ini sia-sia.


Mendadak jendelaku diketuk. Aku terkejut. Untuk sesaat aku ragu apa aku harus membukakan jendela atau tidak, tapi dengan was-was akhirnya aku membuka jendela. Ternyata Cid.


“Oh, kau sengaja menakutiku, ya ?!” Aku cemberut.


“Haha.. maaf.” Dia tertawa; “Nah, bukakan jendelamu. Aku mau masuk.” Dia sedang berdiri di balkon sempit.

Aku membukakan jendelaku yang memang besar dan dia masuk ke kamarku.


Aku memang sudah sering kedatangan tamu; baik malam maupun siang. Itulah salah satu resikonya memiliki banyak teman, apalagi aku tinggal dekat tidak jauh dari teman-temanku.

“Mau apa kau kesini ?” Tanyaku.


“Aku rindu masakanmu.” Dia bergurau.


Aku mengambil guling dan melemparkan padanya. Dia menangkapnya sambil tertawa. Dia memang suka bercanda denganku dan selama ini dia sangat menjagaku; seperti juga yang lainnya.


“Serius.” Akhirnya dia berhenti tertawa dan duduk di kursi meja riasku. “Tadi siang aku bertemu dengan seseorang yang sangat mirip denganmu dan dia tahu namamu, Celestine.”


“Aku tahu.” Aku menghela nafas; “Mungkinkah dia adalah salah satu monster ciptaan Shinra ?! Mungkin Shinra sengaja membuat Kloning-ku ?”


“Bagaimana mungkin mereka bisa membuat kloningmu kalau mereka tidak mendapatkan sel tubuhmu ?!” Sahut Cid tenang.


“Lalu ? Menurutmu gadis itu bukan monster ?!” Balasku; “Dia mengeluarkan aroma wangi bunga bakung yang membuatku merinding.”


“Sejujurnya dia sangat mirip denganmu.” Jawab Cid; “Tapi kau benar; kurasa dia adalah salah satu hasil kreasi Shinra. Selama ini Shinra selalu mengejarmu. Aku yakin salah satu prajurit mereka telah menghafal wajahmu dan memberikan fotomu ke labolatorium untuk menciptakan gadis yang serupa.”


Sebelum aku menjawab mendadak jendelaku terbuka sendiri. Aku tidak melihat ada sosok yang masuk. Yang kurasakan hanya angin. Tetapi jelas ada sosok yang masuk, sebab sedetik kemudian Ayah Angkatku; Vincent Valentine; sudah berdiri di sebelahku !


Aku memekik girang dan memeluknya.


Dia membalas pelukanku. “Kau baik-baik saja ?” Sapanya; “Kau sudah semakin dewasa dan cantik. Sudah berapa bulan kita tidak berjumpa ?!”


“Sudah tiga bulan.” Sahutku; “Aku belum banyak berubah, kok.”


Dan dia membelai kepalaku.


Cid memutus percakapan kami; “Oh ya, Vincent. Ada yang ingin kuberitahukan padamu.”


“Apa ?” Tanya Ayah Angkatku.


Sementara itu aku pergi ke dapur membuatkan es jeruk untuk mereka. Tapi karena apartemenku tipe studio aku masih bisa mendengar percakapan mereka.


“Shinra menciptakan seorang gadis yang sangat mirip dengan Celestine kita.” Ucap Cid.


“Oh ya ?!” Sahut Ayah Angkatku; “Hm… Shinra memang gemar menciptakan mahluk hidup. Entah sampai kapan baru mereka akan jera.”


Cid tertawa lalu bergurau; “Mungkin seharusnya kau atau Sephiroth menghancurkan mereka; barulah mereka bisa jera. Kau adalah korban eksperimen Shinra, sedangkan Sephiroth adalah mahluk ciptaan Shinra.”


“Cloud jugalah korban eksperimen Shinra.” Ayah Angkatku berkilah.


Aku kembali kepada mereka dengan nampan berisi dua gelas air jeruk. Aku meletakkannya di meja, kemudian aku menarik kursi kosong ke sebelah Ayah Angkatku dan duduk sambil berkata; “Nama gadis itu Nafretiri Crescent--”


“Apa ?!” Putus Ayah Angkatku. Ekspresinya tampak terkejut.


“Kenapa ?” Tanyaku bingung.


“Siapa namanya katamu ?”


“Nafretiri.”


“Bukan. Nama belakangnya.”


“Crescent.” Aku menjawab dengan heran.


Ayah Angkatku terdiam. Jarang sekali Ayah Angkatku bisa menampakkan ekspresi seperti marah, kaget, sedih, senang, dan sebagainya. Tapi kali ini dia benar-benar tampak terguncang.


“Vincent ?” Tegur Cid kuatir.


“Crescent…..” Ulang Ayah Angkatku; “Mustahil. Ada hubungan apa gadis itu dengan……?” Dia tidak meneruskan.


“Dengan siapa ? Ayah ?” Aku bertanya.


Ayah Angkatku menatapku dan balik bertanya; “Kau bilang dia sangat mirip denganmu..?”


“Yeah.” Aku mengangguk.


Kemudian Ayah Angkatku menengok pada Cid dan bertanya lagi; “Apa gadis itu memiliki mata Jenova ?”


“Matanya persis seperti Celestine.” Sahut Cid; “Tapi ketika dia mulai marah bola matanya agak berubah.. mengingatkanku pada Sephiroth.”


“Jangan-jangan dia adalah mahluk yang diciptakan dari sel tubuh Lucrecia…..” Ucap Ayah Angkatku sambil memalingkan wajah.


“Lucrecia adalah--?” Tanyaku bingung.


Cid yang menjawabku; “Cinta pertama Vincent, dan terakhir. Wanita yang menyebabkan Vincent terkurung dalam peti es selama belasan tahun.”


“Tapi kalau memang dia diciptakan dari Lucrecia kenapa dia mirip denganku ?” Aku memberi pertanyaan yang bagus; “Kenapa dia tidak mirip dengan Lucrecia saja ?”


“Kau benar.” Cid menghela nafas.


“Yeah.” Ayah Angkatku mengangguk dengan muram; “Kau benar sekali, Celestine. Tapi jika dia bukan mahluk yang diciptakan dari sel tubuh Lucrecia kenapa dia menggunakan nama Crescent ? Selain Lucrecia, orang lain yang sebenarnya memiliki nama itu adalah putra kandung Lucrecia sendiri.”


“Siapa ?”


“Sephiroth.”


Nama itu membuatku bergidik. Aku terdiam. Aku banyak mendengar kisah tentang Sephiroth; One Winged Angel. Monster paling kejam di Planet kita. Setelah aku berhasil menenangkan diri aku berkata lagi; “Kukira Sephiroth dijadikan, bukan dilahirkan…..”


“Dia dilahirkan.” Sahut Ayah Angkatku; “Sekaligus dijadikan. Dia sudah mengandung DNA Jenova sejak dia dalam kandungan. Dia lahir sebagai Petaka.”


“Kalau begitu menurut Ayah si Nafretiri adalah salah satu mahluk yang dibentuk dari sel Sephiroth ?” Tanyaku pula.


“Entahlah. Bisa jadi gadis itu mengambil nama Crescent hanya kebetulan. Tidak mungkin Sephiroth menamakan seorang gadis muda dengan nama ibunya kalau misalnya gadis itu ciptaan Sephiroth, sedangkan selama ini Sephiroth tidak pernah mengakui bahwa ibunya adalah Lucrecia Crescent. Yang diakuinya hanyalah Jenova.” Ayah Angkatku menerangkan.


Aku terdiam lagi.


“Bisa jadi juga gadis itu adalah ciptaan Shinra.” Cid berkata; “Dan Shinra yang memberinya nama itu.”


“Yeah.” Ayah Angkatku mengangguk.


“Hanya Cloud yang bisa menjawab teka-teki ini kurasa.” Kata Cid pula; “Aku punya firasat bahwa Cloud tahu sesuatu. Sebaiknya aku mulai mencari Cloud.”


“Baiklah.” Ayah Angkatku setuju.


“Kau mau kemana, Ayah ?” Tanyaku melihat dia bangun dan bergerak ke jendela.


“Aku akan mencari informasi.” Dia tersenyum padaku; “Jangan kuatir, Celestine, aku akan rutin mengunjungimu.”


“Oke.” Desahku.


Ayah Angkatku keluar lewat jendela dan lenyap ditelan malam. Dia begitu cepat, nyaris seperti hantu.


Cid pun pamit padaku, tapi Cid keluar lewat pintu secara normal.




***



Vanda’s POV



Aku cemberut dan menatap Kak Rufus.


Ternyata Reno dan Rude langsung mengadu kepada kakakku begitu kami pulang ke Shinra Headquarter. Akibatnya, Kak Rufus langsung memanggilku dan menginterogasiku.


“Katakan lagi ciri-ciri kedua gadis itu !” Desaknya.


“Sudah kubilang berkali-kali !” Kataku sebal; “Yang satu memiliki nama Nafretiri Crescent. Dia mengenakan pakaian hitam, warna kulitnya putih, dan rambutnya hitam digelung. Warna matanya hijau. Usianya sekitar sembilan belas tahun. Gerak-geriknya anggun gemulai; wajahnya mengesankan ayu serta ekspresinya lembut, tetapi sifatnya dingin dan agak kasar; bertolak belakang dengan sosoknya yang halus serta feminim. Dia mengeluarkan aroma wangi bunga bakung. Sedangkan; gadis yang satunya lagi bernama Celestine Valentine. Berbeda dengan Nafretiri, Celestine tadi mengenakan pakaian serba putih yang membuatnya tampak bercahaya. Sifatnya lincah dan periang, gerak-geriknya bebas dan kelihatan santai serta tak acuh; tapi kata-katanya lebih halus dan mengesankan lugu. Rambutnya hitam digerai dan warna matanya juga hijau. Dia mengeluarkan aroma wangi bunga mawar. Wajahnya manis sekali. Usianya sepertinya sama dengan Nafretiri.”


“Mereka berdua benar-benar anak Zack Fair.” Sahut kakakku.


“Benarkah ?” Aku menyahut; “Sudah kuduga ! Anak Cetra !”


“Dimana kau melihat mereka berdua ?” Dia bertanya lagi.


“Di Toko Obat di Midgar.” Jawabku.


Kakakku menengok pada Reno dan Rude lalu memerintahkan; “Bawa seratus prajurit dan geledah Midgar ! Cari kedua gadis itu !”


“Baik.” Reno dan Rude menurut.


Aku teringat pada sikap Reno dan Celestine waktu pertama kali mereka berdua saling jumpa di depan Toko Obat. Agaknya mereka sudah saling kenal. Jangan-jangan Reno berkhianat ? Ah, tidak mungkin. Bisa jadi aku hanya salah lihat.


Setelah Reno dan Rude meninggalkan ruangan, kakakku menghela nafas dan berkata lagi; “Crescent ?! Valentine ?! Rupanya yang satu benar-benar diambil oleh Sephiroth, sedangkan satunya diambil oleh Vincent. Aku sudah tahu bahwa diam-diam Vincent memiliki sifat kebapakkan. Sedangkan Sephiroth… jika dia sampai mengizinkan gadis itu menggunakan nama ibunya yang tidak pernah diakuinya; itu berarti diam-diam dia sangat menyayangi gadis itu.”


“Kita bisa menggunakan kedua anak itu untuk memancing Cloud dan Sephiroth, juga Vincent.” Kataku memberi usul.


“Yeah.” Sahut Kak Rufus; “Tapi lebih dari itu, kedua gadis itu sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan science. Kita harus membawa kedua gadis itu ke labolatorium untuk diteliti. DNA mereka berharga milyaran juta.”


Ada yang aneh.” Ucapku; “Karena kedua gadis itu agaknya tidak tahu bahwa mereka berdua bersaudara.”


“Kurasa mereka tidak pernah diberitahu tentang hal itu dari orang-orang yang memungut mereka.” Jawab Kak Rufus.


“Kenapa Cloud tidak pernah memberitahu Celestine ?” Tanyaku.


“Mungkin Cloud tidak yakin bahwa kembaran Celestine masih hidup.” Kakakku menerangkan; “Saat itu Cloud melihat sendiri luka Angeal lebih parah darinya. Cloud mungkin menduga Angeal dan bayi yang dibawa Angeal sudah mati. Atau mungkin juga Cloud merasa selama ini Celestine belum siap menerima kenyataan bahwa ternyata Celestine memiliki kakak kembar, karena itulah Cloud tidak memberitahukannya. Cloud bukan orang yang pandai berbicara tentang perasaan. Kurasa dia bingung bagaimana cara menyampaikannya. Dia takut Celestine akan terkejut dan sedih.”


“Bagaimana dengan Nafretiri ?” Tanyaku lagi.


“Mengingat bahwa yang memungut Nafretiri adalah Genesis dan Sephiroth, aku tidak merasa kedua orang itu mau berbaik hati memberitahu Nafretiri tentang adik kembarnya. Mungkin juga; baik Genesis maupun Sephiroth sudah terlanjur menyayangi Nafretiri, sehingga keduanya kuatir kalau Nafretiri tahu tentang adik kembarnya maka Nafretiri akan pergi mencari adik kembarnya dan pergi bersama adik kembarnya, meninggalkan Genesis dan Sephiroth.” Kakakku tersenyum.


“Masuk akal.” Aku mengangguk.


“Yeah, tapi bisa jadi juga Genesis dan Sephiroth tidak tahu bahwa anak yang mereka ambil memiliki adik kembar. Mengingat bahwa Angeal mati dalam pertempuran, kurasa Angeal tidak sempat memberitahu Genesis dan Sephiroth bahwa Nafretiri memiliki adik kembar.” Kakakku memberikan kemungkinan lain, tapi toh dia tidak tampak perduli.


Aku tahu kenapa dia tidak perduli. Akan lebih baik jika kedua anak Cetra itu tidak saling kenal, supaya kami bisa lebih mudah mendapatkan keduanya.


Aku diam sejenak, memikirkan semua kemungkinan yang tadi dijelaskan oleh kakakku, lalu aku bertanya; “Bagaimana jika keduanya tetap tidak saling mengenal dan akhirnya saling bunuh…?”


“Itu bisa saja terjadi. Cloud dan Sephiroth adalah musuh.” Sahut kakakku dengan masih tak acuh.


“Aku harus mencegah mereka saling bunuh.” Kataku. Aku harus mencegah mereka. Bukan karena aku menyayangi mereka, tapi karena mereka berdua berharga bagi Shinra. Kalau mereka mati mereka tidak ada harganya lagi, kan ?! Kami butuh spesimen yang hidup.


“Kau masih terlalu kecil untuk berkelana.” Jawab kakakku pula; “Biar aku saja yang turun sendiri mencari mereka.”


“Kakak, kau harus disini memimpin Shinra.” Ucapku; “Kau harus mengorganisasi Shinra. Kalau kau pergi, Shinra akan kacau. Aku akan baik-baik saja. Selama tidak ada yang mengenaliku sebagai Puteri Shinra aku akan baik-baik saja. Aku akan tetap menyamar dan tidak akan memberitahukan nama belakangku kepada siapa pun. Mereka tidak akan melukai anak berusia lima belas tahun sepertiku.”


Kakakku diam, tampak memperhitungkan itu di hatinya.


“Baiklah, kalau ada apa-apa kau harus menghubungiku.” Akhirnya dia setuju.


Maka aku pun berangkat. Aku akan bekerja di Toko Obat tempat Denzel bekerja agar aku menjadi lebih dekat dengan mereka.


Pemilik Toko Obat itu tidak curiga dan menerimaku. Bagus, deh. Aku tetap menggunakan nama depanku; Vanda. Kebetulan namaku memang mirip nama anak laki-laki sehingga aku tidak usah ganti nama, sebab aku tetap menyamar sebagai anak cowok.





***



Nafretiri’s POV



Sebulan lewat setelah aku bertemu dengan gadis yang mirip denganku di depan Toko Obat di Midgar. Tidak banyak yang berubah dalam hidupku. Memang hidupku tergolong statis, dan aku lebih banyak tinggal di rumah daripada berkeliaran di luar; kecuali tentunya saat aku pergi bekerja. Sudah sebulan aku bekerja sebagai staff Administrasi di sebuah percetakan di Shinra. Awalnya aku mencari pekerjaan hanya karena iseng; untuk membuang waktu; daripada aku terus-menerus diam di rumah tanpa kegiatan. Guruku setuju dan membiarkanku pergi bekerja setiap hari.


Aku tidak bilang bahwa tinggal dengan guruku sangat membosankan. Tinggal dengannya tidak membosankan, persis seperti kau tinggal dengan orang tuamu. Bagaimana mungkin kita bisa bosan kepada orang yang telah membesarkan kita dan berjasa bagi hidup kita ?! Hanya saja sudah beberapa tahun ini keadaan Genesis kurang baik dan dia lebih banyak beristirahat. Dia telah mengajariku semua kemampuannya sehingga kurasa dia tidak akan mengajari apa-apa lagi. Sedangkan guruku yang satu lagi; si Pemilik Masamune; seperti yang telah kujelaskan – hanya bisa datang pada malam bulan purnama.


Sebenarnya diam-diam aku suka memikirkan tentang gadis yang sangat mirip denganku itu. Aku mendapat mimpi aneh suatu malam. Aku mimpi kami berada di sebuah taman bunga yang luas dan bermain-main. Dan aku terbangun dengan menangis serta merindukan almarhum ibuku.


Aku berusaha mengenyahkan pikiran tentangnya setiap kali aku berada di dekat Genesis atau Sephiroth, sebab kedua guruku itu bisa membaca pikiran. Genesis kemungkinan bisa membaca pikiranku karena dirinya memiliki perasaan yang peka yang membuatnya bisa menebak apa yang ada di hati seseorang. Hampir seperti Empath. Sedangkan Sephiroth bisa membaca pikiranku karena Sephiroth adalah Jenova yang tahu segalanya; dan karena kabarnya almarhum ayahku pernah disuntikkan dengan DNA Sephiroth yang menyebabkan dalam tubuhku pun terdapat sel Sephiroth secara tidak langsung; dan Sephiroth memiliki kemampuan untuk membaca pikiran siapa saja yang telah mendapatkan sel-nya atau sel Jenova.


Tapi aku tidak terlalu keberatan dengan semua itu. Mereka berdua sudah seperti orang tua bagiku. Bagaimana mungkin seorang anak bisa menyembunyikan sesuatu dari orang tuanya ?! Kalau suatu saat nanti aku menjadi seorang ibu, aku pun akan bisa mengerti perasaan anakku.


Selama sebulan ini; kehidupanku berjalan dengan normal. Di siang hari aku melewatkan waktu di tempat kerjaku; berusaha beradaptasi dengan kawan-kawanku yang jelas-jelas tidak menyukaiku entah karena apa (mungkin rasa tidak-suka mereka timbul secara alamiah karena aku secara tidak langsung adalah keturunan Jenova?). Aku ingat si gadis yang mirip denganku; Celestine; tampaknya sangat disukai oleh semua orang di Toko Obat tempat temannya bekerja itu. Entah apa rahasianya.


Tapi aku tidak perduli. Bekerja di percetakan surat kabar bisa membuatku mendengar berita-berita tentang Shinra lebih cepat daripada orang lain. Dan di malam harinya masih ada Genesis menemaniku di Death Queen Island; meskipun dia berada di goa bawah tanah sedangkan aku memiliki rumah sederhana di atas tanah.

Kemudian aku mendengar kabar di tempat kerjaku bahwa Shinra sedang berusaha menggeledah seluruh kota untuk mencari dua orang anak (tidak disebutkan bagaimana ciri-ciri anak yang dicari Shinra).

Aku memang tidak pernah menyukai Shinra, walaupun kuakui perusahaan itu sebetulnya sangat hebat.

Aku menatap layar monitorku; membaca berita berikutnya yang masuk lewat laporan. Shinra mendirikan reaktor Mako baru di Sektor Enam Slum.



***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar