25/04/09

Chapter 4

Chapter 4


Vanda’s POV


Aku berlari ke Sektor Enam Slum. Kebakaran terjadi disana. Asap hitam membumbung ke langit. Pasukan Shinra dikirim kesana. Walaupun aku sedang dalam penyamaran dan tinggal sendirian di apartemen di Midgar tapi aku tetap membawa Walkie-talkie yang dihubungkan dengan radio Tseng; tanpa setahu Tseng sendiri. Maka ketika Tseng mengumumkan bahwa Turks dan prajurit Shinra’s Army diharuskan datang ke Sektor Enam Slum, aku pun mendengar berita itu dan berlari kesana. Aku masih dalam piyama tidurku yang berwarna putih dengan motif garis-garis vertikal biru.


Kulihat prajurit Shinra sedang bertarung dengan seorang gadis disana. Gadis itu adalah salah satu dari si Kembar Cetra. Setelah kuamati aku pun sadar bahwa dia adalah Nafretiri Crescent; sebab rambutnya agak lebih pendek dari Celestine. Kali ini Nafretiri menguraikan rambut hitamnya. Dia bahkan masih dalam gaun tidurnya yang berwarna coklat lembut. Tangan kanannya memegang pedang pualam tipis berwarna putih perak, tapi aku tahu itu bukanlah Masamune sebab pedangnya itu tidak sepanjang Masamune.


“Apa yang terjadi ?” Aku menanyai salah seorang prajurit Shinra yang berada di dekatku.


“Gadis itu menghancurkan reaktor Mako.” Jawab si prajurit; menunjuk pada reaktor Mako di sektor ini yang sedang dilalap api.


Tidak lama, Tseng tiba bersama Reno dan Rude.


“Berhenti !!” Tseng menyuruh semua pasukan berhenti menyerang.


Semuanya menurut dan berhenti. Lalu Tseng bertanya pada Nafretiri; “Apa yang kau inginkan ?”


Nafretiri menatapnya. Aku melihat sepasang mata hijau gadis itu nyaris berubah mirip dengan apa yang diceritakan orang padaku tentang mata Sephiroth sendiri.

Kemudian Nafretiri menjawab dengan suaranya yang halus namun bernada dingin; “Rufus Shinra. Atau Hojo !”


“Enak saja !” Balas Reno; “Kau takkan bisa mendapatkan Tuan Rufus ! Sekalipun kau menghancurkan seluruh Reaktor Mako di Midgar ! Lagipula aku tidak yakin kau akan sanggup melawan pasukan kami, Nona. Kami memang sedang mencarimu.”


“Ingin bukti ?!” Sahut Nafretiri. Kemudian tangan kirinya langsung melemparkan materia api ke arah kami.


Tseng buru-buru menarikku menghindar.


“Kalau Rufus Shinra tidak mau muncul membawa Hojo kesini maka aku akan membakar habis tempat ini dan semua anjing Shinra yang berada disini.” Nafretiri meneruskan.


Pertarungan kembali terjadi.


Walaupun gadis itu seorang diri namun dia berhasil membunuh begitu banyak prajurit Shinra’s Army yang menyerangnya. Benar-benar seorang murid Sephiroth ! Dia juga jelas telah mewarisi kemampuan Genesis untuk bermain dengan api. Dalam sekejap tempat ini sudah dipenuhi api. Para prajurit Shinra panik dan sebagian berusaha memadamkan api.


“Pedang di tangan gadis itu bukanlah Masamune atau Rapier. Kita masih bisa mengalahkannya !” Kata Tseng pada Reno; “Lagipula kulihat sebenarnya kekuatannya masih belum menyamai Sephiroth atau Genesis. Dia hanya mengikuti cara Genesis; menyerang dengan api sambil menghindar dan mencegah orang berada terlalu dekat dengannya.” Tseng agaknya mengerti siasat Nafretiri.


Reno dan Rude mengangguk lalu bersama menyerang Nafretiri.


“Kenapa dia mencegah orang berada dekat dengannya ?” Tanyaku sambil menatap ke pertempuran. Memang benar, Nafretiri meng-Cast Api lagi kepada Reno dan Rude dan ketika Reno dan Rude melindungi diri dari api maka Nafretiri mengambil kesempatan untuk menjaga jarak lagi.


“Karena tenaganya yang sebenarnya tidak terlalu besar.” Jawab Tseng; “Karena itulah dia menghindari bentrokan langsung sebab itu akan melukainya. Siasat yang sama seperti yang digunakan Genesis dulu. Tetapi gerakan pedang Nafretiri tetap lebih bagus daripada Genesis sebab gerakan pedang Nafretiri didapat dari Sephiroth. Syukurlah tenaganya masih jauh kalah dari Sephiroth.”


“Kenapa dia menginginkan Hojo ?” Tanyaku pula. Sekarang Hojo sudah sangat tua dan duduk di kursi roda. Meskipun begitu anehnya kepandaiannya tidak hilang dan Hojo tetap memaksa bekerja di labolatorium. Kurasa Hojo melakukan sesuatu kepada dirinya sendiri supaya panjang umur dan tetap pintar.


“Apa Genesis yang menyuruhnya ?” Tseng menjawabku; “Entahlah.”


Saat itu mendadak mataku menangkap kehadiran seorang sosok di atas salah satu genteng yang setengah terbakar. Asap hitam agak menutupi pandanganku, tapi aku yakin sosok itu adalah Celestine. Rambutnya panjang diurai seperti biasa dan dia mengenakan gaun tidur berwarna pink cerah. Di tangan kanannya ada semacam Gunblade; pedang yang bisa dijadikan pistol. Ukuran badan pedang milik Celestine lebih lebar dan lebih pendek dari pedang yang berada di tangan Nafretiri. Milik Celestine lebih menyerupai golok daripada pedang. Tapi aku sangat suka melihat gagang golok milik Celestine, sebab gagang golok itu dihiasi mutiara dan permata; sedangkan gagang pedang milik Nafretiri hanya dihiasi ukiran.


Celestine; kebalikannya dari Nafretiri; hanya berdiri diam memandangi pertarungan itu dengan tatapan kosong. Agaknya dia sedang sedih. Lalu aku menyadari sesuatu. Aku menyadari bahwa kedua gadis itu sepertinya sedang sedih dan bingung. Hanya saja, cara Celestine melampiaskan kesedihannya adalah dengan berdiam diri dan menangis terisak-isak, sedangkan cara Nafretiri melampiaskan kesedihannya adalah dengan membuat dirinya terlibat dalam pertarungan.


Celestine terduduk. Seperti dugaanku; dia menangis terisak-isak.


Tetapi karena melihat kedatangan Celestine, mendadak prajurit Shinra lain menyerangnya tanpa sebab. Celestine terkejut, lalu mau tak mau demi membela diri dia pun melawan prajurit-prajurit Shinra.


Gabungan keduanya agaknya telah menghabisi seluruh pasukan Shinra. Mau tak mau Tseng melompat maju menghadapi Celestine. Pasti Tseng mengira Celestine dan Nafretiri bekerja sama.


Reno dan Rude masih menghadapi Nafretiri. Kedua Turks itu takkan melawan Celestine; Pikirku; Sebab Celestine adalah teman mereka.


Agaknya Reno dan Rude berhasil mendesak Nafretiri. Tetapi mendadak gadis itu melihatku. Dia lalu bergerak dengan cepat dan sebelum aku sempat menghindar dia sudah menarik lenganku dan membawaku. Kurasakan tubuhku melayang terseret olehnya. Kudengar teriakan Tseng, Reno, dan Rude di belakangku. Aku mendengar ribut-ribut di belakangku, tapi aku tidak tahu apa; sebab aku memfokuskan diri untuk meronta dari pegangannya. Jari-jari tangannya dingin menusuk lenganku; mencengkeram dengan sangat keras.


Aku gagal melepaskan diri darinya. Aku sempat mendengar dia berkata kepada Tseng; “Kalau ingin anak ini selamat, suruh Rufus Shinra mengantarkan Hojo padaku !”


Kemudian aku merasa tubuhku diseret begitu cepat; angin menerpaku. Kami terbang di udara. Dia memegangiku. Aku menatap ke bawahku dan melihat atap-atap rumah dan gedung. Bulan menjadi peneranganku.

Lalu dia berkata padaku; “Pejamkan matamu kalau kau takut.”

Nada suaranya tidak sedingin ketika dia bicara kepada Tseng.


Aku pun memejamkan mataku. Kemudian kusadari lenganku yang satu lagi dipegang oleh orang lain. Aku membuka mata dan melihat Celestine memegang lenganku yang satu lagi. Aku merasa aman dan memejamkan mataku lagi.


Aku tidak tahu berapa lama kami terbang tetapi kemudian tubuhku dibawa menukik turun dan akhirnya aku bisa berpijak di atas kedua kakiku lagi. Aku pun membuka mata. Kami berada di sebuah lembah yang sangat asing bagiku. Tampak pemukiman di kejauhan; pemukiman yang tidak kukenal. Hari sudah pagi.


“Dimana kita ?” Tanyaku.


Nafretiri menunjuk ke pemukiman di depan; “Kita akan beristirahat dulu disana.” Sahutnya tanpa menjawab pertanyaanku.


“Tempat apa itu ?” Seruku; “Desa apa ?”


“Gongaga.” Jawab Nafretiri; akhirnya menjawab pertanyaanku. Lalu dia berjalan duluan. Aku dan Celestine mengikutinya.


Aku menengok pada Celestine sambil jalan dan bertanya; “Kenapa kau ada disini..? Kenapa kau ikut dengannya?”


“Aku tidak tahu.” Jawab Celestine; “Sebab tadi Shinra mengejarku, karena itulah aku terpaksa ikut lari bersamanya. Dan sekarang aku tidak punya tempat tujuan.”


“Bukankah kau tinggal bersama Vincent Valentine ?” Tanyaku lagi dengan penasaran.


“Dia adalah Ayah Angkatku.” Sahut Celestine sedih; “Tapi aku tidak ingin bertemu dengannya lagi sekarang.”


Mendengar itu Nafretiri menghentikan langkahnya dan menengok; “Kenapa ?” Tanyanya. Nada suaranya terdengar lembut.


“Bukan urusanmu !” Celestine mencibir padanya.


Melihat itu Nafretiri tidak membalas. Dia kembali menatap ke depan dan meneruskan langkah.

Aku dan Celestine tetap berjalan di belakangnya. Aku tidak kabur karena aku tahu Nafretiri tidak akan membiarkan aku kabur. Sedangkan Celestine berjalan mengikutinya hanya karena Celestine tidak tahu harus kemana sekarang.


“Kenapa kau tidak tinggal bersama Ayah Angkatmu lagi ?” Tanyaku pada Celestine dengan penasaran.


Kepadaku, dia mau menjawab. “Aku.. aku merasa bersalah pada Cloud dan Ayah Angkatku.”


“Bersalah kenapa ?” Desakku.


“Karenaku mereka kehilangan orang yang mereka cintai.” Jawabnya, mulai terisak lagi.


“Oh.” Aku buru-buru mengalihkan pembicaraan sebelum tangisnya mengeras. Aku menatap pada punggung Nafretiri di depanku dan memanggilnya; “Ms. Crescent, apa kau tahu siapa aku ?”


“Kau adalah salah satu orang penting di Shinra.” Jawabnya tanpa menengok.


“Darimana kau tahu ?” Aku mempercepat langkahku untuk merendenginya dan menatap wajahnya.

Ekspresinya tidak terlihat marah.


Apa dia tahu kalau aku adalah Puteri Shinra ?


Aku pun bertanya lagi; “Aku orang penting apa menurutmu ?”


Dia tersenyum tanpa menengok padaku, dan menjawab; “Aku tidak tahu. Tapi aku sadar bahwa kau pasti salah seorang yang cukup berharga untuk Shinra, sebab tadi kulihat Tseng bicara padamu dengan sangat sopan dan langsung menyelamatkanmu ketika aku meng-Cast Fira ke arah kalian.”


“Kau cerdik.” Pujiku, lalu bertanya lagi; “Apa kau benar-benar belajar dari Sephiroth..?”


Ekspresi Nafretiri berubah murung. “Ya.” Jawabnya; “Aku dibesarkan oleh Genesis dan Sephiroth adalah guruku.”


“Apa Sephiroth dan Genesis yang menyuruhmu mencari Hojo ?” Aku mendesak lagi.


Dia menggeleng; “Tidak. Aku melakukannya atas keinginanku sendiri.”


Kami tiba di Gongaga dan menyewa kamar di sebuah hotel sederhana. Awalnya Celestine dan Nafretiri tidak saling bicara. Tapi aku terus berusaha menjembatani mereka dan akhirnya mereka mau saling bicara juga.

Karena tidak ada di antara kami yang sudah tidur maka yang pertama kami lakukan adalah tidur. Hari sudah siang. Kami sekamar, hanya ada satu ranjang, dan mereka menyuruh aku yang tidur di ranjang.


Celestine membaringkan dirinya tidur meringkuk di sofa seperti seekor kucing. Sedangkan Nafretiri mengikatkan tali tambang dari satu sisi ke sisi lain, lalu berbaring di atas tali tambang yang terjulur di udara; tanpa sedikit pun takut. Rupanya dia memang seorang murid dari One Winged Angels. Tubuhnya tampak begitu ringan dan seimbang. Tambang itu bahkan tidak bergoyang sedikit pun.


Melihat Nafretiri melakukan itu, Celestine menggodanya; “Jangan-jangan sebenarnya kau memiliki sayap seperti Sephiroth ?!”


Sang kakak hanya tersenyum, mengangkat dagunya, dan tidak menjawab.


Celestine menjulurkan lidah ke arahnya sambil menggumam; “Aku tidak suka Sephiroth. Barret bilang Sephiroth kerjanya hanya me-Masamuning orang-orang.”


Nafretiri tidak menanggapi dan memejamkan mata.


Sejenak kami hening. Masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri. Kemudian Celestine bangun dan duduk memeluk lututnya di atas sofa; berkata; “Aku tidak bisa tidur.”


Aku pun bertanya; “Kenapa ? Kau mau tidur di ranjang ?”


Dia menggeleng dan menjawab; “Aku rindu kamarku.”


“Aku juga.” Desahku. Aku menatap pada Nafretiri dan menyadari Nafretiri tetap memejamkan mata. Apa dia benar-benar tidur ?


Celestine juga melihatnya dan bertanya padanya; “Apa kau monster ciptaan Shinra, Miss Crescent..? Selama ini aku mengira kau adalah Kloning-ku yang diciptakan oleh Shinra.”


Nafretiri membuka mata. Tanpa menengok dia menjawab; “Tidak. Aku bukan ciptaan Shinra.”


“Kalau begitu kenapa kau dan aku berwajah sama ?” Tanya Celestine pula dengan takut-takut.


Hening sejenak.


Nafretiri menengok pada Celestine. “Aku juga tidak tahu.” Sahutnya pelan. Sepasang mata hijaunya menatap pada mata Celestine yang sangat mirip dengannya.


Aku terdiam. Haruskah aku memberitahu mereka bahwa mereka berdua adalah saudari kandung ? Hanya aku yang tahu disini. Keduanya tidak tahu. Aku ingin sekali memberitahu mereka. Aku membuka mulutku, tetapi kalimat yang keluar dari mulutku adalah; “Kenapa kau lari dari rumah, Celestine ?”

Sialan ! Aku tidak berani memberitahu mereka bahwa mereka bersaudara ! Aku takut kalau aku memberitahu mereka maka artinya aku mengkhianati Kak Rufus.


Ekspresi Celestine kembali sedih. “Aku anak yang tidak berguna.” Ratapnya; “Ini semua salahku. Aku adalah pembawa sial. Pembawa bencana. Karenaku seseorang yang mereka sayangi telah pergi. Aku adalah anak yang seharusnya tidak boleh hidup.”


“Tidak mungkin !” Jawabku sambil duduk; “Kau manis dan menyenangkan. Dan kau bukan pembawa sial.”


“Cloud terluka karenaku.” Bantahnya; “Kehadiranku hanya membawa bencana bagi kehidupan mereka.”


“Jangan bilang begitu !” Aku buru-buru bangun, turun dari ranjang, dan menghampirinya. Aku duduk di sebelahnya dan merangkulnya.


Kulihat Nafretiri menatap langit-langit sambil tetap berbaring, tetapi ketika Celestine mulai terisak Nafretiri berkata pelan tanpa menengok; “Apakah mereka mengatakan padamu bahwa kau adalah pembawa sial ?”


“Tentu saja tidak !” Jawab Celestine; “Tapi gara-gara aku orang yang dicintai Cloud jadi mati !”


“Kalau mereka tidak mengatakan itu, kenapa kau berpikiran begitu ?” Balas Nafretiri.


“Kau memang tidak mengerti !” Seru Celestine; “Kau tidak mengerti !!”


Aku mengelus punggung Celestine yang gemetar untuk menenangkannya.


Nafretiri bangun dan duduk di atas tambang dengan gerakan ringan. Tambang itu bahkan tidak bergoyang sedikit pun.

“Aku memang tidak mengerti.” Sahutnya; “Tapi aku tidak merasa kau adalah pembawa sial. Semalam secara tidak langsung kau telah menyelamatkanku di Sektor Enam. Jika tidak, aku sudah kalah oleh prajurit Shinra.”


“Aku menyelamatkanmu karena terpaksa !” Sahut Celestine; “Sudahlah !” Dia menepis tanganku yang berada di punggungnya.


Aku menghela nafas dan menarik tanganku.


Sekali lagi hening. Untuk mengalihkan pembicaraan aku bertanya pada Nafretiri; “Apa tujuanmu mendapatkan Hojo ?”


“Tidak bisa kukatakan.” Jawabnya.


“Hojo sekarang sudah sangat tua.” Lanjutku.


Dia menatapku cukup lama, lalu berkata dengan lambat-lambat; “Kalau kau bisa menunjukkan padaku dimana Hojo berada maka aku akan melepaskanmu !”


“Apa Genesis yang menyuruhmu ?” Aku bertanya lagi.


“Tidak !” Sahutnya.


Aku berpikir sejenak. Hojo memang tidak berarti untukku, tapi aku tahu dia berarti bagi kakakku dan ayahku. Lagipula sebenarnya aku tidak tahu dimana Hojo. Dan rasanya gadis ini TIDAK akan melukaiku untuk mengancamku.


“Kalau kukatakan bahwa aku tidak tahu dimana Hojo, sampai berapa lama kau mau menahanku ?” Tanyaku pula.


“Sampai Rufus Shinra datang sendiri menyerahkan Hojo.” Jawabnya.


“Kalau dia tidak mau ?” Aku mendesak.


Nafretiri diam sejenak, lalu menyahut dengan nada dingin; “Maka kau akan mati.”


Celestine tersentak.


Aku tertawa; “Aku tidak percaya kau bisa melukai orang.” Balasku pada Nafretiri.


“Kau lihat sendiri aku bisa membunuh prajurit Shinra’s Army di Sektor Enam dan membakar mereka.” Sahut Nafretiri; “Mana mungkin aku tidak bisa melukaimu ?!”


“Aku tidak percaya kau tega.” Kilahku.


Dia tersenyum padaku lalu menjawab. Nadanya lembut, meskipun kalimat yang diucapkannya tidak menyenangkan; “Kau lupa siapa guruku. Kau lupa aku dibesarkan oleh siapa.”


Yeah; Pikirku. Aku menghela nafas dan membaringkan kepalaku ke pundak Celestine. Dia membelai rambutku dan mengizinkan aku meletakkan kepalaku di pangkuannya.


“Aku tidak akan membiarkanmu membunuh anak ini.” Kata Celestine pada Nafretiri.


“Kenapa ?” Tanya sang kakak.


“Karena dia baik pada kita.” Sahut Celestine.


“Kau tidak mengenalnya.” Jawab Nafretiri.


Aku pun menyeletuk; “Namaku Vanda.”


Keduanya diam dan menatapku.


Nama yang indah.” Puji Celestine.


Namamu lebih indah.” Aku tersenyum padanya; “Celestine Valentine.”


“Semua orang bilang begitu.” Celestine membalas senyumku; “Cloud yang memberiku nama Celestine, sedangkan marga Valentine kudapatkan dari Ayah Angkatku; Vincent Valentine.”


Bicara soal nama mengingatkanku lagi akan nama Crescent yang digunakan oleh Nafretiri. Tanpa mengangkat kepalaku dari pangkuan Celestine, aku bertanya pada Nafretiri; “Kau juga memiliki nama yang indah, Nona Crescent. Apakah Sephiroth yang memberimu nama itu ?”


“Genesis yang memberiku nama.” Jawab Nafretiri.


“Genesis yang memberimu marga Crescent ?” Ulangku menegas.


Dia mengangguk dan menjelaskan; “Sewaktu dia memberiku nama itu dia berkata padaku bahwa sebenarnya dia ingin aku menggunakan nama marganya tapi mengingat bahwa dia bukan anak kandung orang tuanya dan dia sendiri telah membunuh orang tuanya sendiri, maka dia memilihkan untukku nama-marga masa kecil dari seseorang yang sangat dipujanya dalam hati walaupun orang itu sendiri tidak pernah sekali pun menggunakan nama marganya itu.”


Aku menghela nafas dan bertanya; “Apa kau sadar bahwa nama masa kecil Sephiroth adalah Sephiroth Crescent?”


Nafretiri mengangguk lagi; “Ya, aku tahu.”


Aku mendesah dan memejamkan mataku. Dalam hatiku, aku mengingatkan diriku sendiri bahwa nama marga kedua gadis ini sebenarnya adalah Fair. Apakah mereka berdua tahu itu ?? Jika mereka berdua tahu, sekali mereka menyebutkannya maka mereka sendiri akan segera sadar bahwa mereka berdua adalah saudara. Tapi sayangnya sepertinya keduanya masing-masing lebih bangga menggunakan marga palsu mereka yang diberikan oleh para pengasuh mereka itu; Crescent dan Valentine; daripada menggunakan nama ayah kandung mereka; Fair…..



***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar