Chapter 4
Vanda’s POV
Aku berlari ke Sektor Enam Slum. Kebakaran terjadi disana. Asap hitam membumbung ke langit. Pasukan Shinra dikirim kesana. Walaupun aku sedang dalam penyamaran dan tinggal sendirian di apartemen di Midgar tapi aku tetap membawa Walkie-talkie yang dihubungkan dengan radio Tseng; tanpa setahu Tseng sendiri. Maka ketika Tseng mengumumkan bahwa Turks dan prajurit Shinra’s Army diharuskan datang ke Sektor
Kulihat prajurit Shinra sedang bertarung dengan seorang gadis disana. Gadis itu adalah salah satu dari si Kembar Cetra. Setelah kuamati aku pun sadar bahwa dia adalah
“Apa yang terjadi ?” Aku menanyai salah seorang prajurit Shinra yang berada di dekatku.
“Gadis itu menghancurkan reaktor Mako.” Jawab si prajurit; menunjuk pada reaktor Mako di sektor ini yang sedang dilalap api.
Tidak lama, Tseng tiba bersama
“Berhenti !!” Tseng menyuruh semua pasukan berhenti menyerang.
Semuanya menurut dan berhenti. Lalu Tseng bertanya pada Nafretiri; “Apa yang kau inginkan ?”
Nafretiri menatapnya. Aku melihat sepasang mata hijau gadis itu nyaris berubah mirip dengan apa yang diceritakan
Kemudian Nafretiri menjawab dengan suaranya yang halus namun
“Enak saja !” Balas
“Ingin bukti ?!” Sahut Nafretiri. Kemudian tangan kirinya langsung melemparkan materia api ke arah kami.
Tseng buru-buru menarikku menghindar.
“Kalau Rufus Shinra tidak mau muncul membawa Hojo kesini maka aku akan membakar habis tempat ini dan semua anjing Shinra yang berada disini.” Nafretiri meneruskan.
Pertarungan kembali terjadi.
Walaupun gadis itu seorang diri namun dia berhasil membunuh begitu banyak prajurit Shinra’s Army yang menyerangnya. Benar-benar seorang murid Sephiroth ! Dia juga jelas telah mewarisi kemampuan Genesis untuk bermain dengan api. Dalam sekejap tempat ini sudah dipenuhi api.
“Pedang di tangan gadis itu bukanlah Masamune atau Rapier. Kita masih bisa mengalahkannya !” Kata Tseng pada
“Kenapa dia mencegah
“Karena tenaganya yang sebenarnya tidak terlalu besar.” Jawab Tseng; “Karena itulah dia menghindari bentrokan langsung sebab itu akan melukainya. Siasat yang sama seperti yang digunakan Genesis dulu. Tetapi
“Kenapa dia menginginkan Hojo ?” Tanyaku pula. Sekarang Hojo sudah sangat tua dan duduk di kursi roda. Meskipun begitu anehnya kepandaiannya tidak hilang dan Hojo tetap memaksa bekerja di labolatorium. Kurasa Hojo melakukan sesuatu kepada dirinya sendiri supaya panjang umur dan tetap pintar.
“Apa Genesis yang menyuruhnya ?” Tseng menjawabku; “Entahlah.”
Saat itu mendadak mataku menangkap kehadiran seorang sosok di atas salah satu genteng yang setengah terbakar. Asap hitam agak menutupi pandanganku, tapi aku yakin sosok itu adalah Celestine. Rambutnya panjang diurai seperti biasa dan dia mengenakan gaun tidur berwarna pink cerah. Di tangan
Celestine; kebalikannya dari Nafretiri; hanya berdiri diam memandangi pertarungan itu dengan tatapan kosong. Agaknya dia sedang sedih. Lalu aku menyadari sesuatu. Aku menyadari bahwa kedua gadis itu sepertinya sedang sedih dan bingung. Hanya saja, cara Celestine melampiaskan kesedihannya adalah dengan berdiam diri dan menangis terisak-isak, sedangkan cara Nafretiri melampiaskan kesedihannya adalah dengan membuat dirinya terlibat dalam pertarungan.
Celestine terduduk. Seperti dugaanku; dia menangis terisak-isak.
Tetapi karena melihat kedatangan Celestine, mendadak prajurit Shinra lain menyerangnya tanpa sebab. Celestine terkejut, lalu mau tak mau demi membela diri dia pun melawan prajurit-prajurit Shinra.
Gabungan keduanya agaknya telah menghabisi seluruh pasukan Shinra. Mau tak mau Tseng melompat maju menghadapi Celestine. Pasti Tseng mengira Celestine dan Nafretiri bekerja sama.
Agaknya Reno dan Rude berhasil mendesak Nafretiri. Tetapi mendadak gadis itu melihatku. Dia lalu bergerak dengan cepat dan sebelum aku sempat menghindar dia sudah menarik lenganku dan membawaku. Kurasakan tubuhku melayang terseret olehnya. Kudengar teriakan Tseng,
Aku gagal melepaskan diri darinya. Aku sempat
Kemudian aku merasa tubuhku diseret begitu cepat; angin menerpaku. Kami terbang di udara. Dia memegangiku. Aku menatap ke bawahku dan melihat atap-atap rumah dan gedung. Bulan menjadi peneranganku.
Lalu dia berkata padaku; “Pejamkan matamu kalau kau takut.”
Nada suaranya tidak sedingin ketika dia bicara kepada Tseng.
Aku pun memejamkan mataku. Kemudian kusadari lenganku yang satu lagi dipegang oleh
Aku tidak tahu berapa lama kami terbang tetapi kemudian tubuhku dibawa menukik turun dan akhirnya aku bisa berpijak di atas kedua kakiku lagi. Aku pun membuka mata. Kami berada di sebuah lembah yang sangat asing bagiku. Tampak pemukiman di kejauhan; pemukiman yang tidak kukenal. Hari sudah pagi.
“Dimana kita ?” Tanyaku.
Nafretiri menunjuk ke pemukiman di depan; “Kita akan beristirahat dulu disana.” Sahutnya tanpa menjawab pertanyaanku.
“Tempat apa itu ?” Seruku; “Desa apa ?”
“Gongaga.” Jawab Nafretiri; akhirnya menjawab pertanyaanku. Lalu dia berjalan duluan. Aku dan Celestine mengikutinya.
Aku menengok pada Celestine sambil jalan dan bertanya; “Kenapa kau ada disini..? Kenapa kau ikut dengannya?”
“Aku tidak tahu.” Jawab Celestine; “Sebab tadi Shinra mengejarku, karena itulah aku terpaksa ikut lari bersamanya. Dan sekarang aku tidak punya tempat tujuan.”
“Bukankah kau tinggal bersama Vincent Valentine ?” Tanyaku lagi dengan penasaran.
“Dia adalah Ayah Angkatku.” Sahut Celestine sedih; “Tapi aku tidak ingin bertemu dengannya lagi sekarang.”
“Bukan
Melihat itu Nafretiri tidak membalas. Dia kembali menatap ke depan dan meneruskan langkah.
Aku dan Celestine tetap berjalan di belakangnya. Aku tidak kabur karena aku tahu Nafretiri tidak akan membiarkan aku kabur. Sedangkan Celestine berjalan mengikutinya hanya karena Celestine tidak tahu harus kemana sekarang.
“Kenapa kau tidak tinggal bersama Ayah Angkatmu lagi ?” Tanyaku pada Celestine dengan penasaran.
Kepadaku, dia mau menjawab. “Aku.. aku merasa bersalah pada Cloud dan Ayah Angkatku.”
“Bersalah kenapa ?” Desakku.
“Karenaku mereka kehilangan
“Oh.” Aku buru-buru mengalihkan pembicaraan sebelum tangisnya mengeras. Aku menatap pada punggung Nafretiri di depanku dan memanggilnya; “
“Kau adalah salah satu
“Darimana kau tahu ?” Aku mempercepat langkahku untuk merendenginya dan menatap wajahnya.
Ekspresinya tidak terlihat marah.
Apa dia tahu kalau aku adalah Puteri Shinra ?
Aku pun bertanya lagi; “Aku
Dia tersenyum tanpa menengok padaku, dan menjawab; “Aku tidak tahu. Tapi aku sadar bahwa kau pasti salah seorang yang cukup berharga untuk Shinra, sebab tadi kulihat Tseng bicara padamu dengan sangat sopan dan langsung menyelamatkanmu ketika aku meng-Cast Fira ke arah kalian.”
“Kau cerdik.” Pujiku, lalu bertanya lagi; “Apa kau benar-benar belajar dari Sephiroth..?”
Ekspresi Nafretiri berubah murung. “Ya.” Jawabnya; “Aku dibesarkan oleh Genesis dan Sephiroth adalah guruku.”
“Apa Sephiroth dan Genesis yang menyuruhmu mencari Hojo ?” Aku mendesak lagi.
Dia menggeleng; “Tidak. Aku melakukannya atas keinginanku sendiri.”
Kami tiba di Gongaga dan menyewa
Karena tidak ada di antara kami yang sudah tidur maka yang pertama kami lakukan adalah tidur. Hari sudah siang. Kami sekamar, hanya ada satu ranjang, dan mereka menyuruh aku yang tidur di ranjang.
Celestine membaringkan dirinya tidur meringkuk di sofa seperti seekor kucing. Sedangkan Nafretiri mengikatkan tali tambang dari satu sisi ke sisi lain, lalu berbaring di atas tali tambang yang terjulur di udara; tanpa sedikit pun takut. Rupanya dia memang seorang murid dari One Winged Angels. Tubuhnya
Melihat Nafretiri melakukan itu, Celestine menggodanya; “Jangan-jangan sebenarnya kau memiliki sayap seperti Sephiroth ?!”
Sang kakak hanya tersenyum, mengangkat dagunya, dan tidak menjawab.
Celestine menjulurkan lidah ke arahnya sambil menggumam; “Aku tidak suka Sephiroth. Barret bilang Sephiroth kerjanya hanya me-Masamuning
Nafretiri tidak menanggapi dan memejamkan mata.
Sejenak kami hening. Masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri. Kemudian Celestine bangun dan duduk memeluk lututnya di atas sofa; berkata; “Aku tidak bisa tidur.”
Aku pun bertanya; “Kenapa ? Kau mau tidur di ranjang ?”
Dia menggeleng dan menjawab; “Aku rindu
“Aku juga.” Desahku. Aku menatap pada Nafretiri dan menyadari Nafretiri tetap memejamkan mata. Apa dia benar-benar tidur ?
Celestine juga melihatnya dan bertanya padanya; “Apa kau monster ciptaan Shinra,
Nafretiri membuka mata. Tanpa menengok dia menjawab; “Tidak. Aku bukan ciptaan Shinra.”
“Kalau begitu kenapa kau dan aku berwajah sama ?” Tanya Celestine pula dengan takut-takut.
Hening sejenak.
Nafretiri menengok pada Celestine. “Aku juga tidak tahu.” Sahutnya pelan. Sepasang mata hijaunya menatap pada mata Celestine yang sangat mirip dengannya.
Aku terdiam. Haruskah aku memberitahu mereka bahwa mereka berdua adalah saudari
Sialan ! Aku tidak berani memberitahu mereka bahwa mereka bersaudara ! Aku takut kalau aku memberitahu mereka maka artinya aku mengkhianati Kak Rufus.
Ekspresi Celestine kembali sedih. “Aku anak yang tidak berguna.” Ratapnya; “Ini semua salahku. Aku adalah pembawa sial. Pembawa bencana. Karenaku seseorang yang mereka sayangi telah pergi. Aku adalah anak yang seharusnya tidak boleh hidup.”
“Tidak mungkin !” Jawabku sambil duduk; “Kau manis dan menyenangkan. Dan kau bukan pembawa sial.”
“Cloud terluka karenaku.” Bantahnya; “Kehadiranku hanya membawa bencana bagi kehidupan mereka.”
“Jangan bilang begitu !” Aku buru-buru bangun, turun dari ranjang, dan menghampirinya. Aku duduk di sebelahnya dan merangkulnya.
Kulihat Nafretiri menatap langit-langit sambil tetap berbaring, tetapi ketika Celestine mulai terisak Nafretiri berkata pelan tanpa menengok; “Apakah mereka mengatakan padamu bahwa kau adalah pembawa sial ?”
“Tentu saja tidak !” Jawab Celestine; “Tapi gara-gara aku
“Kalau mereka tidak mengatakan itu, kenapa kau berpikiran begitu ?” Balas Nafretiri.
“Kau memang tidak mengerti !” Seru Celestine; “Kau tidak mengerti !!”
Aku mengelus punggung Celestine yang gemetar untuk menenangkannya.
Nafretiri bangun dan duduk di atas tambang dengan
“Aku memang tidak mengerti.” Sahutnya; “Tapi aku tidak merasa kau adalah pembawa sial. Semalam secara tidak langsung kau telah menyelamatkanku di Sektor Enam. Jika tidak, aku sudah kalah oleh prajurit Shinra.”
“Aku menyelamatkanmu karena terpaksa !” Sahut Celestine; “Sudahlah !” Dia menepis tanganku yang berada di punggungnya.
Aku menghela nafas dan menarik tanganku.
Sekali lagi hening. Untuk mengalihkan pembicaraan aku bertanya pada Nafretiri; “Apa tujuanmu mendapatkan Hojo ?”
“Tidak bisa kukatakan.” Jawabnya.
“Hojo sekarang sudah sangat tua.” Lanjutku.
Dia menatapku cukup lama, lalu berkata dengan lambat-lambat; “Kalau kau bisa menunjukkan padaku dimana Hojo berada maka aku akan melepaskanmu !”
“Apa Genesis yang menyuruhmu ?” Aku bertanya lagi.
“Tidak !” Sahutnya.
Aku berpikir sejenak. Hojo memang tidak berarti untukku, tapi aku tahu dia berarti bagi kakakku dan ayahku. Lagipula sebenarnya aku tidak tahu dimana Hojo. Dan rasanya gadis ini TIDAK akan melukaiku untuk mengancamku.
“Kalau kukatakan bahwa aku tidak tahu dimana Hojo, sampai berapa lama kau mau menahanku ?” Tanyaku pula.
“Sampai Rufus Shinra datang sendiri menyerahkan Hojo.” Jawabnya.
“Kalau dia tidak mau ?” Aku mendesak.
Nafretiri diam sejenak, lalu menyahut dengan nada dingin; “Maka kau akan mati.”
Celestine tersentak.
Aku tertawa; “Aku tidak percaya kau bisa melukai
“Kau lihat sendiri aku bisa membunuh prajurit Shinra’s Army di Sektor Enam dan membakar mereka.” Sahut Nafretiri; “Mana mungkin aku tidak bisa melukaimu ?!”
“Aku tidak percaya kau tega.” Kilahku.
Dia tersenyum padaku lalu menjawab. Nadanya lembut, meskipun kalimat yang diucapkannya tidak menyenangkan; “Kau lupa siapa guruku. Kau lupa aku dibesarkan oleh siapa.”
Yeah; Pikirku. Aku menghela nafas dan membaringkan kepalaku ke pundak Celestine. Dia membelai rambutku dan mengizinkan aku meletakkan kepalaku di pangkuannya.
“Aku tidak akan membiarkanmu membunuh anak ini.” Kata Celestine pada Nafretiri.
“Kenapa ?” Tanya sang kakak.
“Karena dia baik pada kita.” Sahut Celestine.
“Kau tidak mengenalnya.” Jawab Nafretiri.
Aku pun menyeletuk; “
Keduanya diam dan menatapku.
“
“
“Semua
Bicara soal nama mengingatkanku lagi akan
“Genesis yang memberiku nama.” Jawab Nafretiri.
“Genesis yang memberimu marga Crescent ?” Ulangku menegas.
Dia mengangguk dan menjelaskan; “Sewaktu dia memberiku nama itu dia berkata padaku bahwa sebenarnya dia ingin aku menggunakan nama marganya tapi mengingat bahwa dia bukan anak
Aku menghela nafas dan bertanya; “Apa kau sadar bahwa nama masa kecil Sephiroth adalah
Nafretiri mengangguk lagi; “Ya, aku tahu.”
Aku mendesah dan memejamkan mataku. Dalam hatiku, aku mengingatkan diriku sendiri bahwa nama marga kedua gadis ini sebenarnya adalah Fair. Apakah mereka berdua tahu itu ?? Jika mereka berdua tahu, sekali mereka menyebutkannya maka mereka sendiri akan segera sadar bahwa mereka berdua adalah saudara. Tapi sayangnya sepertinya keduanya masing-masing lebih bangga menggunakan marga palsu mereka yang diberikan oleh para pengasuh mereka itu; Crescent dan Valentine; daripada menggunakan nama ayah kandung mereka; Fair…..
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar