Chapter 3
Nafretiri’s POV
Malam ini adalah malam bulan purnama di awal bulan, tetapi aku tidak pernah menduga bahwa malam ini aku akan
Diawali dari saat aku menemui Sephiroth di luar rumahku seperti biasa; di tempat dimana kami biasa bertemu. Dia sudah memegang Masamune-nya seperti biasa, tetapi sebelum kami memulai latihan kami mendadak terdengar suara dari belakangku; “Tunggu!”
Aku memutar tubuh dan terkejut.
Genesis berdiri di belakangku.
Sebelumnya; selama sembilan belas tahun; dia tidak pernah keluar. Dia tidak pernah ingin bertemu dengan Sephiroth sekalipun bisa dikatakan Sephiroth pernah menjadi adik angkatnya.
“Nafretiri.” Kata Genesis padaku; “Tinggalkan kami. Aku ingin bicara dengan Sephiroth berdua.”
Aku menatap Sephiroth.
“Pergilah.” Dia memberitahuku.
Aku membungkuk pada keduanya dan pamit, lalu masuk kembali ke rumahku. Lewat jendela aku masih bisa melihat sosok keduanya.
Aku sangat penasaran apa yang mereka bicarakan. Aku tahu aku tidak bisa
Tetapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi.
Mungkin karena aku terlalu berkonsentrasi pada mereka berdua, mendadak aku suara mereka berdua bisa sampai ke telingaku secara sayup-sayup; seperti bisikan angin. Selama beberapa detik awalnya aku kaget dan takut. Aku nyaris berteriak dan keluar melaporkan ini kepada kedua guruku.
Tetapi entah kenapa kakiku terasa kaku.
Apakah ini kekuatan Cetra yang secara tidak langsung membuatku bisa
Jadi, aku tetap berdiri di balik jendela; kedua tanganku mencengkeram gorden, dan aku mulai bisa
“….Kau tidak berubah.” Genesis tengah berbicara; “Kau masih sama seperti dulu, Teman Lamaku.”
“Kecuali tentunya
“Maukah kau memaafkan apa yang telah kulakukan padamu dulu ?” Genesis bertanya lagi.
“Aku sudah memaafkanmu sejak awal.” Sephiroth menjawab dengan tenang.
Hening sejenak.
“Waktuku sudah tidak lama lagi, Seph.” Genesis meneruskan dengan nada setengah putus asa; “Aku terus mengalami degradasi. Meskipun obat-obat sialan itu berhasil menundanya beberapa tahun tapi akhirnya akan tetap sama saja. Dan sebagaimana normalnya mahluk hidup lainnya aku juga mengharapkan agar aku bisa menghentikan degradasi ini selamanya.”
“Tidak ada mahluk fana yang bisa hidup selamanya, Genesis, kau tahu itu.” Jawab Sephiroth; “Tidak ada yang abadi.”
“
Aku melihat Sephiroth tersenyum, lalu kudengar jawabannya; “Aku diatas segala kefanaan. Aku bukanlah mahluk hidup yang sama seperti kalian.”
“Aku sama sepertimu.” Balas Genesis; “Yang membuatku berbeda adalah kegagalan
“Lalu apa yang bisa kulakukan untuk menjembatani perbedaan itu, Genesis ?”
“Kau tidak bisa menolongku, Sahabatku, tapi aku bisa menolongmu.”
“Apa maksudmu ?”
Sekali lagi hening sejenak. Aku mencengkeram gorden semakin erat, dan kudengar keduanya meneruskan percakapan mereka lagi.
“Aku bisa menarikmu keluar dari Lifestream; jika aku memiliki kembali semua tenagaku yang dulu.” Genesis berkata lagi; “Dan seperti yang kau tahu; hanya aku yang bisa melakukan itu.”
“Dan bagaimana caramu untuk bisa mendapatkan kembali tenagamu yang dulu ?” Sephiroth bertanya.
“Menikahi anak Zack Fair.” Balas Genesis.
Aku tersentak. Apa ? Apa yang telah kudengar ?
Tetapi belum pulih keterkejutanku, Genesis sudah meneruskan ucapannya; “Anak Zack Fair itu menyimpan campuran DNA Jenova dengan Cetra. Walaupun DNA Jenova yang diwarisinya tidak secara langsung, tapi tetap saja dia mengandung DNA Jenova. Aku sudah memikirkan ini selama beberapa tahun, tapi selama ini kukira aku tidak akan pernah bisa meyakinkanmu untuk menyetujui keinginanku.”
“Apa yang membuatmu tiba-tiba merasa bahwa aku akan menyetujui keinginanmu..?” Balas Sephiroth.
Aku harus menutup mulutku dengan telapak tanganku untuk mencegahku menimbulkan suara.
“Hanya satu, Temanku.” Jawab Genesis; “Kau ingin keluar dari Lifestream. Kau ingin membalas dendam pada
Sekali lagi hening sejenak.
Kemudian Sephiroth menyahut; “Terus-terang, sudah beberapa tahun ini; aku lupa sejak kapan; aku sudah tidak memiliki perasaan apa pun, Genesis. Aku tidak perduli; sejujurnya; apakah kau akan mati dan aku juga tidak perduli anak Cetra itu akan menikah dengan siapa. Tidak sepertimu; aku tidak memerlukan persetubuhan. Tetapi setelah kau menyebut
“Dia tidak akan mengalami kerugian apa-apa.” Sahut Genesis; “Menurut analisaku dia tidak akan mengalami kerugian apa-apa. Darah Cetra dalam tubuhnya tidak akan membuatnya menggantikanku berdegradasi, dan darah Cetra juga akan tetap melindunginya. Dengan kata lain; dia tidak akan dirugikan, tetapi dia akan membuatku selamat dan pulih.”
Sephiroth tersenyum; “Satu-satunya kerugiannya adalah menikah dengan
“Bagaimana kau bisa mengatakan bahwa dia tidak mencintaiku ?!” Balas Genesis; “Dia menyukaiku. Aku yang membesarkannya. Waktu dia masih kecil, akulah yang menyisiri rambutnya dan membuatkan Apple Pie untuknya. Angeal sendiri yang memberikan dia ke tanganku.”
“Kau tidak
“Kalau begitu kau setuju ?” Tanya Genesis menegas.
“Semuanya terserah padamu.” Sahut Sephiroth.
“Bagaimana kalau dia sendiri menolak ?” Tanya Genesis pula.
“Sudah kukatakan; aku tidak perduli pada perasaannya. Yang kupikirkan hanyalah nyawanya. Sumpahku pada Angeal adalah untuk membesarkannya, mengajarinya, dan menjaganya tetap hidup; bukan untuk memikirkan tentang kesenangan dan kesedihannya. Kau boleh memaksanya semaumu; asal tidak membunuhnya.”
Aku merasa tubuhku gemetar. Tanpa kusadari lututku lemas dan aku jatuh terduduk di samping jendela, dengan tangan masih membekap erat mulutku sendiri.
Pernyataan yang kudengar itu terlalu mengejutkan dan diluar dugaan. Aku tidak tahu apakah aku marah atau sedih. Yang kutahu aku terkejut sekali dengan apa yang kudengar. Apakah memang
Menikah.
Aku tidak pernah membenci Genesis seumur hidupku. Sama sekali tidak pernah. Tapi aku juga tidak pernah berpikir untuk menikahinya. Selama ini dia hanyalah seorang ayah bagiku. Figur seorang ayah atau seorang ibu. Rasanya seolah-olah jika mendadak ibumu atau ayahmu menyampaikan hendak menikah denganmu.
Dan Sephiroth… Selama ini dia juga sudah seperti ayah atau ibu bagiku. Aku tidak pernah menyangka bahwa dia sebenarnya tidak pernah perduli padaku. Yang dia perdulikan hanyalah sumpahnya kepada Angeal.
***
Celestine’s POV
Selama sebulan ini keadaanku sangat menyenangkan. Cid berhasil menemukan Cloud, dan kami menginap di rumah Barret. Ayah Angkatku juga ikut menginap. Cloud dan Ayah Angkatku tetap selalu bepergian setiap siang karena mereka berdua ingin mencari informasi tentang kegiatan Shinra.
Tapi malamnya selalu menyenangkan. Barret selalu membeli makanan untuk kami setiap sore setelah pulang kerja, lalu aku dan
Malam ini aku terbangun; entah sudah jam berapa. Pasti sudah lewat tengah malam. Tadi kami masing-masing masuk
Aku menatap
Aku
Aku bersembunyi di balik lemari besar. Aku mengintip dan melihat Barret sedang membalut lengan kiri Cloud yang terluka.
Oh !
Aku bahkan tidak tahu dia terluka !
Memang, aku ingat kalau hari ini Cloud pulang terlambat.
“…Mereka menginginkan kedua gadis itu.” Ucap Cloud.
“Kita akan tetap mempertahankan Celestine, bukan ?!” Balas Ayah Angkatku.
Rupanya mereka sedang membicarakan tentang aku.
“Tentu saja.” Kata Barret.
Di ruang tamu itu ada Barret, Cloud, Cid, Ayah Angkatku, dan—Yuffie. Oh, Yuffie ada disini ? Aku tidak tahu dia datang. Kapan dia datang ? Mungkin baru saja sampai saat aku sudah tidur.
Aku tidak terlalu dekat dengan Yuffie. Aku dengar dia pernah punya Affair dengan Ayah Angkatku; Vincent Valentine; tapi Affair itu tidak pernah berlanjut ke hubungan yang lebih serius. Selama ini Yuffie kembali ke sisi ayahnya di Wutai dan menjadi pemimpin Wutai. Terakhir kali aku melihat Bibi Yuffie adalah beberapa tahun yang lalu waktu aku masih enam belas tahun. Dia datang untuk menemui Ayah Angkatku waktu itu.
“Kalau begitu, gadis yang satunya ?” Kudengar Cid bertanya.
“Dari ceritamu dia menggunakan
“Celestine akan menjadi Cetra !” Ayah Angkatku buru-buru berkata.
Cloud hendak menjawab tetapi mendadak dia mengernyit dan mengerang pelan. Rupanya luka di lengannya terbuka lagi. Barret buru-buru merapikan balutannya.
“Kau terluka karena membelanya.” Ucap Yuffie pada Cloud; “Kalau saja ada Tifa disini maka Tifa bisa mengobatimu dengan baik !”
Ucapan Yuffie membuat semuanya terdiam. Aku langsung merasa tak enak. Aku sering
Aku pernah lihat foto Tifa di kamar Barret. Tifa sangat cantik.
Aku bahkan pernah lihat foto Tifa masih berada dalam dompet Cloud.
Semua
Dan dia mati karenaku.
Jangan bicarakan tentang Tifa !; Jeritku dalam hati.
“Tifa……” Ekspresi Cloud berubah sedih; “Kita semua tidak bisa melupakan Tifa……”
“Kau masih rindu padanya ?” Tanya Yuffie; “Sayang sekali bahwa kalian berdua hanya sempat menjadi suami-istri selama sehari.”
APA ? Aku terkejut. Suami-istri ?! Ternyata Cloud sudah menikah dengan Tifa; tepat sehari sebelum Tifa mati untuk menyelamatkanku ??
Dan Cloud masih belum bisa melupakan Tifa…..
Tentu saja tidak ! Tifa adalah istrinya !
Aku tidak tahu kenapa mendadak perasaanku terguncang. Sedih, marah, dan rasa bersalah yang besar menyerangku. Aku merasa seluruh tubuhku gemetar. Aku jatuh berjongkok sambil menangis.
Tanpa sadar aku terisak.
Cloud meneruskan ucapannya; “Tifa adalah segala-galanya bagiku…..”
Dan pada saat Cloud mengatakan itu aku bisa melihat air matanya.
Aku-lah yang telah menyebabkan air mata itu tumpah !
Isak tangisku semakin keras. Dan mereka lalu menyadari kehadiranku.
“Celestine ?” Ayah Angkatku terkejut.
Aku bangun dan keluar dari tempat persembunyianku. Aku tahu aku sedang menangis. Diriku sendiri bisa
Yuffie menatapku dengan menyesal; “Celestine, aku…….”
Aku tahu apa yang hendak dikatakannya. Dia hendak mengatakan bahwa dia tidak sengaja membicarakan tentang Tifa. Tapi semuanya terlambat. Toh dia sudah keburu membicarakannya, dan aku
“Celestine…..” Cid menghampiriku dengan tangan terulur.
“Tidak !” Aku
Aku merasa angin menerpa pipiku dan menerpa airmataku. Tapi aku terus berlari. Gara-gara aku maka kekasih Cloud mati. Ini semua salahku. Kenapa Cloud harus membesarkanku ? Harusnya dia menyerahkan aku kepada Shinra !
Hatiku sakit sekali.
Rasanya seperti disayat-sayat.
Aku adalah anak yang membawa sial ! Aku mengutuk diriku sendiri. Aku tidak punya
Aku terus berlari tanpa tujuan.
Aku tidak mau bertemu Cloud lagi. Aku tidak ada muka untuk bertemu Cloud dan Ayah Angkatku lagi !
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar